Saturday, December 26, 2009

Hm... gimana ya?

gue sih pengennya belajar.. secara UN bentar lagi gitu
tapi ga tau kenapa, ya ada ajaa malesnya
kemaren pada jalan2 gue ngga ikut
tapi dirumah, gue juga ngga belajar..
gimana ya ngatasin males gue yang udah kelewat?
hh gue selalu optimis dan semangat, tapi begitu gue belajar ngga sampe satu jam udah kelar
haha, ya gue sih berharap bisa belajar, belajar dan belajar dibulan yang genting ini..
hh.. kawan doain aku ya biar punya semangat belajar yang tinggi
sekalian kasih tau tips2nyaa
jadi iri ngeliat temen-temen yang getol banget belajar. jadi malu sendiri
Ya Allah, bantu hamba-Mu ini..
ku yakin Engkau akan memberikan yang terbaik

Wednesday, December 23, 2009

Apa sih?

bingung juga gue, kenapa perasaan gue rada2 ngga enak gitu
apalagi gue ngerasa dia nyembunyiin sesuatu
yang katanya ngga perlu gue tau,
mungkin bagi siapa aja itu kaya hal yang biasa
tapi engga buat gue.
gue kaya ngerasa ada yang lain
dari mulai berangkat, sampe pulang, sampe seneng2 bareng2 ya.. gue ngga tau
gue coba cek, kayanya udah ngga ada.
halah, gue kaya orang sedeng sendiri.
tapi bukannya apa ya, gue juga takut
dan gue ngga mau buruk sangka..
tapi.......
udahlah, masalah ini ngga bakal selesai walaupun gue kumur2 sanpe seember. hhh

Ya Allah tunjukkan jalan-Mu
jangan buat aku bingung sendirian
bukalah hatiku jika aku memang salah.
Amiiiin.

Saturday, December 19, 2009

Obsesiku

22 Maret,
Bukan waktu yang lama lagi
Semakin dekat, semakin sesak
Ujung segala juang belajarku
Segalanya tercurah di hari itu

Aku belajar hingga aku tak mampu belajar
Aku berlatih, aku berjuang, aku berusaha
Tertatih-tatih aku tanjakkan kemampuanku
Terlunta-lunta aku tempelkan soal itu
Hingga aku yakin!
Aku siap hadapi Ujian Nasional

Semangatku berkobar bagai api yang membara
Aku tak mau kalah!
Jiwa ragaku berdiri di tiang yang kokoh
Siap memberikan mahkota bagi orang tuaku
Semoga...

Entah apa itu dapat terjadi?
Apa harapan kan jadi nyata?
Apa aku bisa menuntun masa depanku?

Ya Allah..
Ridhoi hamba-Mu ini
Tancapkan keyakinan yang dalam
Bagilah sepercik ilmu tuk hamba-Mu ini
Bimbinglah hamba-Mu ini menjadi jiwa yang berarti

Tekadku bulat
Tuk meraih obsesiku saat ini
Karena aku bukan
Seorang pemimpi..

-Silmy.K-
18 November 2009
22.40





(ini puisi yg tadinya bakalan gue bacaain di pensi..
eh ternyata ada kejadian yang ngga nyenengin..
puisi ini gue buat malem2 dan ternyata.. hh, nasib emang ya
tapi bagi gue, yang penting bukan jadi apa engga gue baca puisi.
yang penting itu isi puisi yang gue buat itu dengan perasaan tulus dihati
dan emang bener gue lakuin.. amiiiiin.
mohon doanya ya kawan.. hehe :)

Sunday, December 13, 2009

Nilai semester..

Hwa... ngaa tau gw. mungkin gw emang mesti belajar lebih giat lagi belajar..
ya gw bnr2 bingung.. ya perkataan emang bakal jadi perbuatan yg bnr2 kejadian..
Entah takdir atau gw yg kurang berusaha atau memang sedang diuji..
yg jelas cukup sampai disini nilai jeleknya
gw ngga mau PM gw nurun drastis..

Chayo Silmy!!!!
masuk 28 ngga gampang loh.. :)

Saturday, December 12, 2009

Bapak

Oleh : Silmy Kaaffah

Bapak, ku lihat bapak lelah
Tetesan keringat berlomba mengucur dari tubuh bapak
Bapak tempuh perjalanan yang jauh itu
Sebrangi sungai yang berarus itu
Gunung dan bukit serta jalanan terjal menuju sekolah
Bapak lewati seolah bukan halangan

Walau ku tahu bapak lelah
Tapi bapak tetap ajari kami baca tulis
Bapak buat kami mengerti angka yang rumit
Bapak tancapkan kepada kami semangat membara
Hingga kami yakin sekolah itu masa depan kami

Hingar bingar kota
Dan harta tak jadikan bapak terbawa

Dengan ketulusan
Bapak datang dari kota
Terbang ke desa kami
Hanya untuk ajari kami
Kami anak-anak desa yang terabaikan
Yang tak biasa dapatkan ilmu
Namun, bapak datang dengan kasih yang luar biasa

Tuhan,
Berikan rahmat-Mu yang mulia itu kepada bapak
Berikan kasih sayang-Mu yang dalam itu kepada bapak
Sinarilah hati bapak dengan cahaya-Mu
Dan, masukkanlah bapak ke dalam syurga-Mu itu

Biarkan bapak selalu hadir di hati kami
Sebagai guru yang tak pernah mati
Juga pahlawan tanpa tanda jasa
Di sepanjang hidup kami

kami dan jilbab

Kami orang berjilbab
Kami tahu mengapa kami berjilbab
Kami tahu bahwa jilbab adalah separuh tubuh kami
Kami tahu jilbab menaikkan harga diri kami
Dan kami tahu jilbab selimut tubuh kami

Kami bukan kue yang bisa seenaknya dihinggapi lalat
Kami juga bukan baju obralan yang biasa dipegang-pegang
Kami bukan kresek yang setelah diapakai lalu dibuang
Tapi kami adalah kue yang tertutup rapat
Hingga tak ada seekor lalatpun yang bisa menghinggapi kami
Kami adalah baju di etalase yang mahal harganya
Hingga tak sembarangan orang bisa memakainya
Kami adalah tas ransel yang kokoh
Hingga kami bisa terus dipakai

Jilbab yang kami kenakan mungkin tak mahal harganya
Jilbab kami hanya merupakan kain panjang
Namun dibalik jilbab kami,
Kami punya diri yang terlindungi
Yang tak mudah bagi seseorang untuk memilikinya

Jilbab bagi kami merupakan sebuah lambang
Lambang bahwa kami muslim sejati
Lambang bahwa kami adalah wanita-wanita yang cinta Islam
Lambang bagi diri kami sebagai seorang pejuang
Lambang yang menunjukkan kami kuat dan perkasa

Kami akan terus melindungi lambang kami
Kami takkan biarkan seorangpun merusak citra kami
Kami sudah bersusah membangun harga diri kami
Sebagai wanita

Jadi, jangan coba buat citra kami pudar
Kami rasakan bagaimana perjuangan sebagai wanita berjilbab
Yang tetap ada di jalan-Nya

Kami tahu jilbab bisa menjadi sebuah gaya
Bisa menjadi sebuah tren,
Namun bukan itu yang kami inginkan

Kami tak perlu disanjung dengan kata jilbab itu bagus
Yang kami butuhkan kawan-kawan seperjuangan yang akan menunjukkan jilbab itu ADA
Dan bukan hanya sekedar tren



Jangan biarkan
Mereka mengecap jilbab hanya sebagai topeng
Yang hanya menutupi kejahatan diri mereka

Jangan biarkan mereka seenaknya mengenakan
Lalu melepaskan jilbab itu

Jangan biarkan
Mereka berjilbab yang bukan berjilbab

Dada ini sesak melihat mereka yang berjilbab
Namun tak berjilbab
Sifat dan kata-kata mereka bukanlah seorang yang berjilbab
Jilbab merekapun bukanlah jilbab kami

Kami mohon, jangan rusak citra kami
Yang telah susah kami bangun sebagai
Wanita berjilbab..

-Silmy Kaaffah-
21 Nov 2009
23.15

Wednesday, May 20, 2009

Kemana gantungan kunci kakak?

-->
“De, liat gantungan kunci beruang punya Kakak ngga?” Tanya kakak sambil mengobrak-abrik kotak aksesoris miliknya. “Emangnya Kakak taro dimana? Terakhir kali Kakak pake kapan?” aku malah bailk bertanya. “Lupa. Terakhir kali kayaknya setahun yang lalu.” Jawab kakak. Wajah putihnya terlihat sangat panic. Aku kasihan. Segera saja aku bantu kakak mencari. Aku bingung, kenapa kakak begitu paniknya kehilangan sebuah gantungan kunci. Setahun yang lalu? Aku sudah tak ingat bentuk gantungan kunci tersebut.
“Yang warnanya keemasan, bulet, yang lucu deh pokoknya. Itu kenang-kenangan dari sahabat Kakak. Dia udah lama pindah. Dan besok, kita mau ketemuan. Aku ngga mau dia kecewa karena ngga liat aku pake gantungan kunci itu.” Tutur kakak seperti mengetahui pikiranku. Entahlah, aku tak ingat. Aku dan kakak terus mencari gantungan kunci tersebut. Atas lemari, dalam laci, atas meja hingga kolong tempat tidur sudah kami cari. Tapi hasilnya? Nihil.
Karena lelah, aku lalu mengambil minum di dapur. Setelah minum, aku bergegas ke kamar kakak. Namun tiba-tiba aku baru ingat kalau tadi ibu menyuruhku mengambil baju-baju bekas di gudang. Untuk bakti sosial katanya. Aku lalu pergi ke gudang. Debu-debu kotor menyambut kedatanganku. Langsung ku ambil karung berisi baju bekas layak pakai itu. Di samping karung tersebut, aku melihat tas Winnie the pooh milikku. Turut ku bawa tas itu. “Sayang, padahal masih bagus. Gara-gara beli tas baru sih, aku jadi lupa punya tas ini.” Gumamku dalam hati.
Karung itu aku letakkan di ruang tv. Aku lalu menuju kamar kakak. Tiba-tiba benda keemasan memantul. Akupun melihat ke dalam tas yang dari tadi terus ku bawa. Dan…. “Gantungan kunci Kakak!” aku bersorak. “Tapi, kenapa ada disini?” aku mengingat-ingat. “Oh iya! Waktu itu aku umpetin disini. Soalnya kakak nakal. Kakak ngga mau main sama aku. Terus ngga lama kemudian ayah beli tas baru buat aku. Aku jadi lupa deh.” Kataku. “Lagian, salah sendiri sih, ngga mau main sama aku.”
“Tapi kakak kasian, dia kan lagi bingung banget nyariin ini.” Aku memandangi benda mungil tersebut. Lucu sekali. “Tapi, kalo aku kasih tau ke kakak, nanti kakak bakalan marah. Aku kan takut.” Nyaliku ciut. “Gimana nih? Jujur, engga, jujur, engga, jujur.” Huh.. aku tak bisa memilih. “Jujur, apa dimarahin? Tapi kasian Kakak.” Aku memutuskan untuk jujur. Dengan berat hati aku mulai masuk kamar.
“Duh, belum ketemu nih De. Gimana dong?” kakak cemas. Dengan segera aku memperlihatkan gantungan kunci itu ke depan mata kakak. “Ya ampun De, kamu ketemu dimana? Makasih banget loh..” ujar kakak kegirangan. Kakak mmemeluk dan menciumku erat sambil terus berterimakasih.
Aku semakin merasa bersalah. Aku coba untuk bicara, “Kak, maafin aku. Itu tadi ada di tas lama aku. Aku bener-bener lupa. Waktu itu aku lagi sebel sama Kakak. Gara-gara kakak waktu itu ngga mau ngajak main aku. Kan aku sebel. Jadinya aku umpetin. Nah, abis itu aku lupa kalo di tas itu ada gantungan kunci Kakak. Tas aku dimasukin gudang sama ayah. Maaf ya kak, sumpah aku lupa.”
“Kenapa kamu umpetin? Iseng banget sih? Itu sahabat aku bawain dari luar negeri. Khusus buat aku. Eh, dengan enaknya kamu umpetin. Lagi pula, ini punya kakak. Bukan punya kamu. Jangan asal gitu.” Kakak melotot didepan wajahku yang kini pucat pasi. “Aku minta maaf. Aku ngga maksud boong Kak! Serius.” Air mataku menetes. Sebelum ini aku tidak pernah dibentak kakak.
“Hahaha….. cengeng banget kamu. Jangan nangis gitu ah, Adek Kakak tersayang. Ngga papa kok, Kakak ngga marah. Cuma, jangan suka usil gitu ah.” Kakak tertawa lepas. “Ah, Kakak jahat banget ngerjain aku. Aku kan bener-bener takut.” gerutuku.”Iya, maaf. Kakak Cuma bercanda kok. Sekarang, yang penting gantungan kuncinya udah ketemu. Dan Kakak harus nyimpen gantungan kunci ini baik-baik. Biar ngga diumpetin lagi. Bodohnya kakak, waktu hilang bukan langsung dicari. Kamu nakal ya,..” kakak mengusap kepalaku lembut. ..