Saturday, September 7, 2013

Rumah

Bismillahirrohmanirrohim.
Assalamualaikum:) hayhayhay. long time no write~
Sedang menikmati hari-hari terakhir di rumah yang nyaman. ngga deng, gatau ini apa namanya menikmati atau berat meninggalkan sebuah rumah yang selama 18 tahun belakangan jadi tempat tidur, tempat bermukim, berlindung, tempat dimana aku tumbuh besar, membuka mata, merasakan manisnya masa-masa remaja *asiik*, tempat yang pernah hanya jadi tempat persinggahan sewaktu kelas 11 dulu, tempat yang dimana selalu ada tawa dan tangis (sebut aja tangis karena berantem) sama 4 adik kesayangan, tempat aku mengistirahatkan diri dari kesibukan, tempat belajar, belajar berjuang sampe jam 2 malem sebelum SBMPTN, tempat berbagi cerita di kamar sama nidaan, tempat belajar jalan, saat jatuh bangkit lagi, tempat aku kecebur rumput laut pas masih bayi, aih ngga selesai-selesai ini kalo ditulis semuanya. 

Bismillah, mulai minggu depan aku akan tinggal di tanah yang berbeda, di sebuah tempat, where i call "Rumah Qur'an" tempatnya sih ngga jauh, didaerah Pasar Minggu. 20 menit jugsa sampe rumah kalo naik motor. tapi, berat, berat, berat. gaboleh gitu, harusnya dari awal ikhlas. inget tujuan untuk apa aku ke Rumah Qur'an. tapinya, ya namanya perasaan, sulit dibohongi. semakin dekat hari kepindahan *kaya mau kemana aja* semakin sesak, semakin ngeri, takut. lebih karena takut meninggalkan kenyamanan yang ada dirumah mungkin ya.

Ya, itu kenyataan yang emang harus diterima. saya, silmy kaaffah, masih takut pisah sama orangtua. masih banget. masih takut disana ngga bisa melakukan hal-hal yang biasa dilakukan dirumah, gabisa seenaknya. harus belajar jadi perempuan, dengan cuci baju, masak, beres-beres rumah. karena disana ada semacam jadwal piket gitu. masih takut dengan berbagai resiko yang ada. 

Tapi, kadangkala kita memang harus keluar dari zona nyaman kita. harus banget. kalo berada di tempat yang selalu nyaman, kapan kita belajar? 
Kadangkala, kita harus berani mengambil sikap yang mungkin harus mengorbankan banyak hal. karena selalu ada pilihan untuk bergerak atau diam saja.
Kadangkala, kita harus berkaca, bermukim, berpindah tempat. supaya kita tahu bagaimana dunia diluar sana. harus bisa survive bukan cuma karena ada orangtua.
jika bukan diri kita yang keras sama hidup, hidup yang akan keras sama kita, dan akhirnya kita yang mengalah.

Ada banyak pilihan, bisa tetap dirumah dengan kegiatan yang luntang-lantung, belajar iya, cuma mainnya lebih banyak, apalagi tidurnya. baca buku sih iya, cuma lebih sering baca timeline twitter. parah banget. parah, ini hidup yang sangat ga sehat. sadar benar diriku. 

Makanya, meski berat, ya jalani saja. toh semua sudah diatur sama Allah. tinggal aku, mau apa engga menjalani hidup yang lebih baik? hidup yang diatur dan hidup yang penuh cinta dengan kitabullah ini? sekarang belum terasa, belum tau gimana disana nanti. belum. semoga Allah membukakan jalan yang terbaik. semoga disana aku benar-benar menikmati setahun ini, menikmati cinta Allah yang kadang kita ngga pernah tahu darimana Ia menyalurkannya. 

Rumahku tidaklah besar, tidak dikelilingi taman-taman, tidak juga dengan barang-barang mewah. hanya rumah sederhana yang bersih dan nyaman. kamar ini, jadi saksi bagaimana aku menjadi semakin besar. terimakasih sebuah ruangan kecil didekat ruang tamu, terimakasih memberikan rasa nyaman ini:) namun, tak selamanya aku disini. aku harus bergerak mencari kamar baru, untuk memulai aktivitas baru, memulai hidup yang insyaAllah jauh lebih baik. semoga, saat waktunya aku kembali, aku tak pernah menyesal pernah meninggalkanmu. bau kamar ini, bau gundah, bau galau, bau suka, bau bahagia, bau ummi, bau yang tak akan pernah terlupa.

Selamat datang hari baru. Kuat ya, kuat bertahan. 

Rumah Qur'an ini sangat menarik, dalam dua tahun rata-rata, yang disini bisa menyelesaikan hafalannya. bahkan ada yang cukup waktu 8 bulan. Jadi, nanti pas awal masuk, kita disuruh memperbanyak tilawah untuk membiasakan lisan kita membaca Al-Qur'an. targetnya, dalam sehari bisa 10 juz. Masya Allah. Subhanallah. Ia pemilik kalam, Ia selalu mempermudah jalan orang-orang yang mau berusaha. semoga kita termasuk didalamnya.

Ya Rabbi, hamba-Mu selalu ingin menjadi hamba yang baik
Selalu ingin banyak hal yang hamba tak tahu apakah Engkau meridhoi atau tidak
Ya Rabb, hamba mohon ridho dari Engkau ya Rabb.
Pada setiap langkah hamba. Pada setiap helaan nafas hamba. 

ya, itulah sekelumit kisah kegalauan seseorang yang mau pindah sejauh 5 kilometer dari rumah. tiap minggu pulang itumah bisa. lagi ngebayangin kalo dulu beneran dapet di Aceh, jadi apa diriku? haha, Allah tau aja kalo aku perlu menyiapkan diri untuk diluar kota. 

Tetap percaya pada mimpimu yang mungkin masih bermukim di langit ketujuh. yang mungkin masih tak terlihat rupanya. kita hanya perlu berani. berani bermimpi dan berani mempertanggungjawabkan mimpi kita. yang kelak, semoga di hari akhir bisa memperberat timbangan kita dengan usaha yang kita lakukan.
tidak akan tertukar kok, pahala untuk orang yang berusaha sedikit dan banyak. tidak akan pernah, Allah punya sistem pencatatan yang membayangkannya saja mungkin sulit. 

Maha benar Allah dengan segala firman-Nya.

Rumah, Buncit Raya, Jakarta Selatan
08-09-13

Dengan segenap perasaan,
Silmy kaaffah




No comments:

Post a Comment