Thursday, March 13, 2014

Sebuah Harga

Bismillah, berikut adalah gambaran tentan betapa berharganya tubuh kita, badan kita. jangan pernah sengaja menyakitinya, karena setiap kita adalah berharga.

jadi, kalau yang belum tahu, sekitar bulan november 2012 saya mengalami kecelakaan yang menyebabkan tulang manus kiri saya (tulang dibawah jari kelingking) mengalami fraktura/patah. sehingga menyebabkan harus di operasi. Awalnya berharap bisa di gips aja, ternyata kata dokternya gabisa, yoweslah.


Abis rekors sama mereka, aku jatuh~~ tapi tetap berkesan rekors terakhir kita
apalagi ada tragedi *ifyouknowwhatimean*


beberapa jam sebelum operasi, ga keliatan kaya patah ya? tapi agak bengkok sedikit kelingkingnya


ini foto hasil rontgent setelah dinyatakan patah

well, akhirnya operasi dilaksanakan. bius total. pada saat ini, cuma bisa pasrah sama Allah, walaupun tergolong operasi kecil. tapi tetap saja, judulnya operasi itu agak menyeramkan, apalagi buat masyarakat awam seperti saya. Alhamdulillah operasi lancar:)


H+1 pasca operasi, terakhir nginep dirumah sakit pas bayi, ternyata harus nginep lagi sekarang.

 
                        hasil rontgent pasca operasi

           setahun setelah operasi berlalu, ada bekas jahitan, tapi ternyata tangannya belum bisa menekuk dengan sempurna.

setahun dua bulan berlalu, dan agak terasa nyeri ketika bawa motor, mungkin faktor pen yang belum di cabut, pikirku. saya bilang ke ummi, hari selasa ke rumah sakit Salemba Satu Medika, di daerah salemba, deket FK UI. kenapa jauh banget? karena nyari rumah sakit yang jadi SOS Prudential, asuransi yang ku ikuti.

hmm, bicara operasi lagi, ada sedikit ketakutan. yaiya, masuk ruang operasi lagi, mau diapain lagi? bius total lagi apa gimana? tapi ternyata Alhamdulillah Allah mempertemukanku dengan dokter Wahyu Widodo, dokter spesialis orthopedi. awalnya ku kira ia layaknya dokter spesialis gitu, yang dingin, nyeremin, tapi semua asumsi awalku musnah setelah dia memulai bertanya dan bercakap-cakap denganku.

Beliau adalah alumni FK UI tahun 1999. berasal dari Purworejo, menunda kuliah selama setahun juga, ikut bimbel juga. bedanya, pak dokter ini kalau pagi kerjaannya nyuciin bacu serumah, siangnya belajar, sorenya nyetrika baju. omaygad. jadi, sebelum bisa mencapai posisi sekarang ini, udah berapa peluh dan kisah hidup yang dia jalani? dan spesialnya, dia sama sekali menganggap enteng apa yang udah dia jalani. engga terbersit raut sombong di mukanya. "Ya, semua udah tertulis di lauhul mahfudz, kalo emang jodoh, nanti kita ketemu lagi ya. gausah dibawa beban." ujarnya yang ternyata juga dosen di mantan kampusnya.

Sampai-sampai ketika waktunya operasi, beliau yang emang suka bercanda berkali-kali bilang "gausah bius ya, langsung belah aja, udah keliatan kok ini pennya." terus saya cuma teriak-teriak "Jangaaaanlah dok><" haha, itu di ruang operasi loh padahal.
kalau waktu dipasang pen, sebelum masuk ruang operasi saya sudah di bius, sekarang ternyata biusnya lokal. jadi cuma bagian tangan kirinya saja yang dibius. kamu tau pake apa biusnya? sejenis eter mungkin ya, tapi ada 5 suntikan yang dimasukkan untuk membuatnya segera bekerja, dan coba bayangin gimana-_- sakit sih, tapi yaudah, bisa ngerasain gini toh rasanya...


5 buah tusukan membalut tanganku jadi mati rasa.

Saat tangannya sudah kebas, dimulailah pembelahan. ya Allah, serius ini? iya serius kok. oiya saat mengoperasi saya, ada 2 calon dokter ortopedi yang menemani dokter wahyu, dan jadi ngintip-ngintip sedikit deh gimana mereka belajar, sambil di uji gitu, di tanya-tanya pake bahasa kedokteran yang saya ga ngerti apa maksudnya. harus paham apapun situasinya ternyata...
Jadi sepanjang operasi berlangsung yang hampir satu jam, saya masih sadar dan melihat bagaimana tangan kiri saya mulai dibelah, "Dok, saya kepo gimana sih bentuk pennya pas di tangan?" terus dokternya ngasih liat bentuk tangan asli saya, yang udah dibelah, ada jaringan ikat, otot-otot dan darahnya.. hahaha. rasanya melihat tangan sendiri dibelah itu amazing, semoga ini bukan menjadi hari terakhir saya di ruang operasi, semoga suatu saat saya berdiri di ruang operasi seperti layaknya dokter wahyu~
Satu part yang saya ga berani nengok adalah saat dijahit, ga terasa sih sebenernya, cuma membayangkan tangan di jahit. akhirnya saya cuma merem. ah, pengecut ya?
Selesai di jahit, dokternya memaksa tanganku untuk menekuk *padahal baru banget di jahit dok, plisbanget* yaudah, terpaksa di tekuk. terus dokternya foto tangan saya, katanya buat bukti ke ummi. jiahaha. iya dok, terserah deh.
Keluar ruang operasi, aku ga merasa abis operasi, kaya abis cabut gigi aja gituuuu. mungkin karena faktor dokternya ngajak bercanda melulu. terimakasih dokter wahyu, semoga kelak kita bertemu lagi:D

     Saya bersama dokter Wahyu


Setelah masuk kamar perawatan, nyengiir.....

 
selesai operasi, itu masih ada sisa betadine, masih kebas banget


dua minggu setelah operasi, tanganku sudah bisa ditekuk kembali, Alhamdulillah


benda kecil ini yang membantu menyambung tulangku.

I just wanna say, Alhamdulillahirobbil'alamin untuk semuanya. terimakasih ya Allah engkau memberikan kesempatan untuk membenahi posisi tulang manusku. padahal, itu hanya bagian kecil dari tubuhku. baru bagian yang sangat keciiiil. tapi untuk hal ini, jika ditotal bisa menghabiskan dana hinggal puluhan juta rupiah (Alhamdulillah separuhnya terbackup oleh asuransi, jadi tau pentingnya berasuransi)
Untuk tulang kecil di bawah kelingking saja, butuh tindakan yang lumayan kompleks, apalagi untuk bagian yang lain? bagaimana jika patah di kaki, tangan? tentunya akan jauh lebih sulit. Dan selama ini Allah memberikannya kepada kita gratististis. Ga bayar, cuma kadang suka sedih aja sama orang-orang yang seperti engga menghargai diri mereka sendiri.
Kalau kita lihat berita di tv atau twitter, sekarang ini banyak yang suka tawuran, sampai perutnya robek, wajah babak-belur, kepala retak, dan banyak lagi korban dari kecenderungan emosi yang diikut sehingga melukai diri sendiri. ga kasian sama dokter yang nanganin? susah-susah nyembuhin tapi penyebabnya konyol, oalah..
Atau kalau kita tengok negeri gingseng, yang disana kasus bunuh diri banyak jumlahnya, seolah-olah ngga menghargai pentingnya diri kita. seakan-akan hidup cuma tentang dunia, setelah itu bahagia. padahal udah jelaslah, abis meninggal kita akan kemana. 

Ya, intinya sih hargai apa yang kalian punya, dan manfaatkan itu dengan sebaik-baiknya. "Jangan pernah ngeremehin diri lo sendiri." begitu kata seorang temanku. hati-hati juga ya buat para pengendara, jangan ngebut-ngebut sesuka hati, kalau terjadi apa-apa, siapa yang tahu?

Mungkin sekian aja pos dari saya, udah lama ga ngasih gambar buat postingan di blog, haha males nunggu sih biasanya. semangat buat ujiannya~ H min berapa dekkk? *jadi inget langab dan LDKS*

Sekian cerita kecil dari saya, semoga bisa diambil baiknya, buruknya dibuang aja yaa.
Wassalamualaikum^^




Pewajaran

Salah satu bagian paling menyedihkan dari kehidupan adalah ketika kita tidak percaya, bahkan pada kemampuan kita sendiri. Saat dunia terlalu silau untuk di tatap, dan bumi terlalu mewah untuk terus dipijak oleh sepasang kaki kita yang lemah. bagian menyedihkan lainnya adalah bahwa kehadiran diri kita hanyalah korban keisengan Tuhan. Apa guna punya arti bila hidup sekadar mati?

kita melihat dunia begitu dinamis, sementara kita yang merasa kerdil ini terus diam seolah diri kita memang dicipta untuk menjadi bagian dari orang-orang yang tak berdaya.

"Ah, aku memang takdirnya begini; jadi orang yang biasa-biasa saja," suatu kali hati kita pernah bersuara demikian. Atau di waktu yang lain diam-diam kita berkata dalam hati : "Yah, wajar aku ngga bisa kaya dia, aku kan cuma....".

Begitulah kita, makhluk-makhluk tak tahu diri yang selalu terampil membuat pewajaran-pewajaran yang kemudian menjadi doa-- yang pelan-pelan menyulap kita jadi manusia tak berdaya sungguhan.

-Ja(t)uh, Azhar Nurun Ala

ku temukan ini di sela-sela bait sya'ir cintanya kak azhar, langka men!
tapi coba baca kembali, selami kata-kata diatas dengan makna bening. terkadang, itulah yang terjadi pada diri kita. iya.
"Menjadi biasa-biasa saja adalah kutukan, bukan pilihan."