Tuesday, January 17, 2017

FKM UI Peduli Desa 2016 'Talegong' Part 1

Tahun ketiga mendaftar menjadi volunteer FKM UI Peduli Desa.
Tahun ini adalah tahun penebusan dosa bagi saya, itu hal pertama yang saya sampaikan kepada khansa saat wawancara.  Di tahun pertama saya mendaftar, menjelang keberangkatan saya sakit infeksi pencernaan sehingga tidak jadi berangkat. Di tahun kedua, baru masuk hari ketiiga di desa, saya harus pulang karena harus membuat paspor. maka, di awal tekad saya sudah bulat, ayo selesaikan peduli desa tahun ini!

DAY 1


Tidak ada sinyal. lalu saya membayangkan apa rasanya hidup tujuh hari tanpa internet.


Hari pertama peduli desa tahun 2016. 9 Januari 2016.
Saat berangkat pedes hari ini saya merasa sensasi yg berbeda. tidak ada perasaan berat, seikhlas itu, meski malamnya saya baru sampai rumah jam setengah dua belas malam usai pergi bersama keluarga saya.

"Mohon maaf jika kami hanya bisa menyambut ala kadarnya. Saya teh memang kepala desa yang paling kampung se-kabupaten Garut. Ngomong bahasa Indonesia saja masih tersendat-sendat, tidak seperti arek-arek yang orang kota yang pada pinter-pinter. Saya minta maaf juga kalo disini orang-orangnya pada gak pinter, nanti adek bisa lihat segimana rata-rata pendidikannya. Tadi ketua kalian udah hubungan sama saya pake sms, SMS-nya bahasa Indonesia jadi saya juga bisa belajar untuk bisa bahasa Indonesia karena saya orang Indonesia." 
-Bapak kepala Desa Talegong.

Mendaki gunung, lewati lembah.. kira-kira memang beginilah gambaran dari peduli desa kali ini di desa Sukmajaya, Garut.

Sebelumnya saya tidak membayangkan jika medannya separah ini. Dua belas jam perjalanan dari Depok hingga kaki gunung. lalu kami diangkat naik truk untuk dengan jalan yang sangat curam selama 15 menit hingga akhirnya sampai di balai desa.
Hal pertama yang saya bayangkan, "bagaimana bisa masyarakat hidup di tempat setinggi dan sexuram ini, bagaimana akses mereka untuk sekolah dan memperoleh kesehatan?"
Dan memang separah itu medannya.
Saya jadi sedih, selama ini hidup saya sudah sangat enak tapi betapa seringnya saya mengeluh. Insyaallah, Bismillah saya inginnn sekali bisa memberikan hal terbaik kepada mereka, bisa memberikan inspirasi sehingga mereka mau sekolah setinggi-tingginya.
Semangat!

Indonesia itu sungguh luas, dan desa ini cuma seupil dari daerah2 tertinggal. Pertanyaanku, bagaimana daerah Papua, Kalimantan dan daerah lainnya?

DAY 2
Saya mendapat amanah menjadi PJ Duta Cilik bersama Farid, anak Fasilkom angkatan 2015. Pagi itu, kami langsung ke ruang kepala sekolah untuk berkonsultasi, kira-kira siapa yang akan menjadi duta cilik dari  MI Al-Azkia, Then, terpilihlah dua orang anak kelas 4, yaitu Kania dan Anggi.
"Tapi neng, anak disini gak terlalu lancar bahasa Indonesianya."
akhirnya saya mewajarkan kalau mereka agak diem. haha kakak macam apa ini #plak.

Jadi, MI Al-Azkia ini baru berdiri selama empat tahun, tujuan di dirikan MI ini adalah untuk memudahkan anak-anak yang bersekolah.
"Ya, neng kalo anak-anak sekolah tadinya harus jalan sampe 1.5 jam, makanya saya dan beberapa temen coba bikin sekolah disini biar ngga jauh anak-anak jalannya. kan kasian.." kata Pak Ustadz.

Yayasan Al-Azkia ini terdiri dari PAUD, MI dan MTs, jumlah murid di PAUD sekitar 25 anak, di MI dari kelas 1-4 totalnya 40 anak dan di SMP kelas 7-9 ada 15 anak. mereka belajar dalam satu gedung panjang yang hanya terdiri dari 3 kelas. (Lah ini begimana belajarnya ya Allah, gurunya pasti canggih banget!)

Pak kepsek juga bilang nyatanya dengan medan sesulit ini, ternyata daerah Talegong bukan hanya sulit informasi, ternyata pejabat daerah Garutpun banyak yang tidak mengenali daerah Talegong ini sehingga berefek pada pengadaan fasilitas yang tersendat sehingga program belajar mengajar dinilai kurang optimal karena kurikulum yang ada belum tersosialisasi dengan baik, akhirnya sekolah ini tidak menggunakan kurikulum 2013, mereka menggunakan KTSP 2006. layaknya sudah jatuh tertimpa tangga. bayangkan saja, sudah mau jalan kemana-mana sulit, fasilitas tersendat, sinyal sulit. lalu perhatian pemerintah juga kurang. itu masalahnya.


Adakah kamu melihat sesuatu yg aneh disana?
Anak PAUD pergi ke sekolah dengan menggunakan sandal di kala teman-temannya menggunakan sepatu. Saya belum bisa membayangkan bagaimana seorang anak balita bisa menerima hal tersebut. Biasanya anak TK itu akan berlomba-lomba menunjukkan kepunyaannya. Bangga. Namun tadi tidak saya temukan wajah protes karena dia memakai memakai sandal sementara teman-temannya memakai sepatu. kalau membandingkan dengan anak kota, bahkan mereka bisa tidak mau sekolah hanya karena tempat makannya sudah lama, saya jadi teriris-iris. anak-anak PAUD itu sekolah dengan ceria. se-ceria itu. semoga kalian sekolah sampai tinggi ya adik:)




Intervensi.
Jadi ada 4 materi yg diberikan kpd anak-anak MI.
-Jajanan sehat
-PHBS: cara mencuci tangan
-motivasi pendidikan

Intervensi adalah bagian ujian jadi anak kesmas yang sesungguhnya, yaitu penyuluhan. metode yang diberikan oleh para kakak fasil ini berbeda-beda. ada yang bercerita teruuus, ada yang pakai games, ada yang dengan metode bertanya. intinya sih sesuai kebutuhan,
Sesuai dengan kakak fasil, respon anakpun berbeda-beda, ada yng nguap saat diceritakan, adapula yang diam saat diajak bernyanyi karena malu. disitu sulit menjadi penyuluh, kita dituntut untilk dapat menguasai panggung, bagaimanapun kondisinya.
yang penting, ilmu disampaikan dan semua senang:)

Usai intervensi, pekerjaan saya dimulai. saya dan Farid mlai mereview materi tadi, canggihnya anak-anak, mereka mudah mengingat (meski ada beberapa hal yang lupa). dua ducil, anggi dan kania masih malu-malu menjawab pertanyaan tapi kalau disuruh nanyi mereka bersemangat meski liriknya ada yang salah wkwk.

lalu metode intervensi selanjutnya adalah praktik langsung!
berhubung di sekolah tidak ada toilet, akhirnya menumpang di toilet warga untuk praktik.
praktik sikat gigi dan cuci tangan. sambil nyanyi, lebih asyique.



yakkk, ini dua ducil kita! 
pemandangan belakangnya bagus yak wkwk

lalu saya sempatkan mengantar Kania ke rumah, sementara Farid ke rumah Anggi. ala-ala Gerakan UI mengajar gitu (Sedih ditolak).
sepanjang perjalanan, ngobrol sama Kania terkait keluarganya,  diintilin sama bocah-bocah lain. kata mereka "Teh, mau ikut nganterin Eneng." 
syalala, jauh juga rupanya. setengah jam perjalanan naik turun bukit. at the end, saya baru tau bapaknya Kania adalah pemain reog!

to be continued.

















Tuesday, January 3, 2017